6.22.2011

Hari Ulang Tahun Jakarta dan Kontroversinya

Saya sebagai orang asli Jakarta sudah semestinya mengetahui sejarah kota Jakarta ini. Apa jadinya kalau saya ditanya oleh orang lain tentang sejarah kota sendiri tapi tidak mengetahuinya? Sejarah adalah peristiwa yang harus diteladani dan dijadikan hikmah untuk maju ke masa depan. Dengan sejarah kita bisa mencegah peristiwa-peristiwa menyakitkan agar tidak terjadi lagi. Beberapa sejarah kota Jakarta yang menjadi kontroversi adalah hari ulangtahun atau hari pendiriannya kota Jakarta.

Saya tidak terlalu bagus dalam menulis, tetapi mungkin beberapa artikel di bawah ini bisa membuka mata kita...

Budayawan dan sejarawan Betawi, Ridwan Saidi, mengkritik penyelenggaraan Hari Ulang Tahun Jakarta yang diperingati setiap tanggal 22 Juni karena berdasarkan fakta sejarah, seharusnya 3 September.

"Kita harus mengacu kepada sejarah yang benar, bahwa Jakarta ini ditetapkan sebagai Kota Praja pada tanggal 3 September 1945 oleh Presiden Pertama Republik Indonesia, Bung Karno. Itu hari jadi yang benar," tandasnya di Jakarta, Rabu.

Ia mengatakan hal itu, ketika menjadi pembicara utama bersama Ketua Komite Nasional Pembela Martabat Bangsa, Batara Hutagalung, dan sejarawan JJ Rizal pada diskusi terbatas bertema "Kontroversi Hari Jadi Jakarta" di Fadly Zon Library.

"Hari jadi yang sekarang (22 Juni) itu kan hanya berdasarkan pada pendapat pakar sejarah Prof Dr Husein Jayadiningrat yang memperkirakan bahwa nama Jayakarta diberikan pada bulan Juni tanggal 22 tahun 1527," ungkapnya.

Namun, menurut Ridwan Saidi, Husein Jayadiningrat pun menambahkan dalam tulisannya, "harinya yang pasti kita tidak dapat menentukannya".

Dalam makalah yang disiapkan 'Fadly Zon Library', juga diangkat pendapat dari pakar sejarah lainnya, Prof Mr Dr Sukanto dalam bukunya "Dari Jakarta ke Jayakarta", terbitan 1954.

"Beliau berpendapat, bahwa perubahan nama Jayakarta sebenarnya dilakukan pada 17 Desember 1526. Dan ternyata, Pemerintah Kota Jakarta pada tahun 1956 memutuskan untuk menggunakan pendapat Prof Jayadiningrat, bahwa Hari Jadi Kota Jakarta adalah 22 Juni 1527," demikian cuplikan makalah 'Fadly Zon Library'.

Ridwan Saidi dengan tegas menyatakan, penetapan hari jadi atas dasar pemikiran itu salah. "Soal nama Jayakarta sendiri, telah pernah ada sebagai nama sebuah kecamatan tempat lahirnya salah satu putri Prabu Siliwangi di dekat Kawasan Kuningan. Jadi, tetap kontroversi," katanya.

Sebagai bangsa yang besar, dan menghormati serta menghargai sejarah kebangsaannya, demikian Ridwan Saidi, dirinya tetap menggunakan 3 September 1945 sebagai hari jadi Jakarta, atau saat Bung Karno menetapkan Kota Praja Jakarta.

Apalagi tanggal dan dasar tahun (lahirnya Jakarta) yang dipakai sekarang, menurut para pembicara, berkenaan dengan kisah penghancuran suatu kota atau kerajaan di era Fatahillah (1527). "Kok itu yang dipake'? Hari atau tanggal atau waktu penghancuran kota ditetapkan sebagai 'hari kelahiran'," tandas Ridwan Saidi.

Karena itu, ia berharap ada revisi secara tegas, dan kalau perlu 'revolusi', untuk mengubah segala sesuatu yang tidak beres. "Revolusi itu bukan berarti hancur-hancuran fisik tetapi terkait dengan 'penghancuran' mitos yang tidak benar. Jakarta harus dikembalikan kepada sejarah yang benar," pungkas Ridwan Saidi.
(Sumber)

Penetapan Hari Jadi Kota Jakarta pada 22 Juni yang sesuai dengan tanggal penamaan Jayakarta oleh Fatahillah mengundang polemik. Salah seorang yang menolak penggunaan tanggal kemenangan pasukan Fatahillah atas Portugis pada tahun 1527 itu sebagai hari jadi DKI Jakarta adalah Ridwan Saidi.

"Mereka membakar rumah kami (penduduk Sunda Kelapa), mengusir kami sehingga kami harus menyingkir ke balik-balik bukit. Kok malah dijadikan hari jadi kota?" kata Ridwan, budayawan sekaligus sejarawan Betawi, dalam diskusi terbatas "Kontroversi HUT Jakarta' di Fadly Zon Library, Pejompongan, Jakarta, Rabu (22/6/2011).

Ridwan menganggap leluhur Betawi yang menjadi penghuni Sunda Kelapa (Teluk Kelapa) saat itu menjadi orang yang dianiaya akibat penyerbuan Fatahillah. Oleh sebab itu, hari tersebut tidak dapat dirayakan sebagai Hari Jadi DKI Jakarta.

Ridwan juga menyoroti nama Jayakarta. Nama yang merupakan asal muasal nama Jakarta tersebut bukanlah nama baru yang diberikan Fatahillah.

"Nama Jayakarta sudah ada sejak lama. Ada desa di Karawang yang namanya Jayakerta yang merupakan wilayah budaya Betawi. Itu sudah ada sejak zaman Siliwangi," kata Ridwan.

Dia menjelaskan, Jayakerta adalah tempat pembuangan salah satu istri Prabu Siliwangi. Di tempat tersebut, istrinya melahirkan seorang putra yang kemudian meninggal dunia. Untuk memperingati kematian putranya, dia menamai tempat tersebut dengan sebutan Jayakerta (kemenangan yang jaya).

"Jadi, nama Jayakerta bukan diberikan oleh Fatahillah. Itu nama yang sudah ada sebagai sebutan lain Sunda Kalapa," ujar Ridwan.

Sebagai penduduk asli Jakarta, Ridwan mengungkapkan, pemilihan tanggal 22 Juni 1527 sebagai hari lahir kota Jakarta adalah penghinaan lantaran orang-orang Betawi harus mengalami kerugian oleh para penyerang dari Demak.

Dia secara pribadi sudah mempermasalahkan penetapan itu sejak 2006. "Namun, saya tidak ingin berpolemik dengan pemerintah. Kecuali jika mereka bisa menghadirkan ahli yang bisa membantah pendapat saya. Saya lebih ingin masyarakat paham akan sejarah yang sebenarnya," kata Ridwan.

Diskusi yang dilaksanakan bertepatan dengan Hari Jadi DKI Jakarta itu turut dihadiri dua pembicara lain. Mereka adalah Batara Hutagalung, peneliti sejarah sekaligus anggota Komite Nasional Pembela Martabat Bangsa Indonesia, dan JJ Rizal, sejarawan muda dari Komunitas Bambu. Keduanya memiliki pendapat senada dengan Ridwan Saidi bahwa penetapan tanggal 22 Juni sebagai hari jadi Ibu Kota kurang tepat.
(Sumber)

Ada yang bilang pendapat bang Ridwan ini sebagai bualan dan omong kosong, malahan ada yang menghina Ridwan Saidi dengan mengatakan bahwa ia hanyalah seorang preman betawi yang berlagak jadi sejarawan gara-gara ia menyatakan 22 Juni bukanlah HUT Jakarta.

Lalu apa pendapat saya? Saya yang bodoh ini berpendapat: Penetapan Pemerintah Kota Praja Jakarta oleh Presiden Soekarno lah yang merupakan hari jadi kota Jakarta, yaitu 3 September, bukan 22 Juni. Tetapi apapun faktanya, kita sebagai warga Jakarta harus punya rasa memiliki kota ini, jangan sekedar mengandalkan kota Jakarta sebagai rumah singgah sementara untuk mencari nafkah, tapi berbuatlah sesuatu untuk Jakarta ini. Minimal mengurangi kemacetan di Jakarta dengan tidak mengendarai kendaraan pribadi :D

Type your email here for subscribing this blog:

Jasa Pembuatan Forum Murah | Jasa Pembuatan Forum

10 comments:

  1. aku orang jogja, tapi juga gk tau cerita sejarah jogja.. hehehehe

    ReplyDelete
  2. Sejarah memang harus diluruskan kalau tidak ,akan banyak orang yang tidak tahu, satu pepatah yang saya ingat bangsa yg besar adalah bangsa yang menghargai sejarahnya.. nah dari sini seharusnya kita bisa memilih hari jadi sebuah kota berdasarkan sejarah misalnya.. dan itu juga harus dengan persetujuan masyarakat asli sebagai si empunya kota dengan begitu tidak adalagi kekeliruan ... saya bukan sejarawan loh cuma agak ngenes aja ngeliat jakarta semakin hari semakin jauh dari kata adem...

    ReplyDelete
  3. Sejarah itu hanyalah masa lalu
    Sebaiknya sih gak perlu kita ungkit bila itu bisa menuai kontrofersi
    Sebaiknya kita pikirkan saja untuk masadepan batavia ini

    ReplyDelete
  4. Wuaaaaaah tulisannya panjang kali ye bang -__-''
    hayuk ajarin saya nulis panjang biar saya kaga bosen nulis ..
    yuk yuuuk

    ReplyDelete
  5. mendingan ibu kota dipindahin aja deh biar nd sumraut kayak jakarta...

    ReplyDelete
  6. Kl boleh berpendapat, sejarah memang sangat perlu diluruskan hingga tetap dikenal, namun fakta peringatan yg berjalan itu bukan baru 1 atau 2 kali tapi sudah bertahun-tahun, jadi sulit dan memang bukan waktu yg tepat untuk mempermasalahkan hal tsb.

    ReplyDelete
  7. sebenarnya yg jadi tujuan dari perayaan ini apa sich,klo sy lihat sekarang udah berubah menjadi aspek ekonomi semata

    ReplyDelete
  8. hmmm ada-ada aja ya....
    saya mendukung yang terbaik saja lah....

    ReplyDelete
  9. Semoga perayaan ultah jakarta bisa di jadikan motivasi untuk membuat jakarta lebih baik lagi,,,

    ReplyDelete
  10. Apa yang dilakukan Fatahillah bersama pejuang Islam dari Aceh dan Demak sudah benar, mereka menumpas penjajah Portugis dan kaum musyrikin Padjadjaran yg sudah mulai merongrong kedaulatan Indonesia; lalu beliau menamakan dengan Jayakarta.
    Lalu datang Belanda yg menyebarkan agama Kristen lalu menguasai Jayakarta, lalu mengganti namanya menjadi Batavia (Betawi).
    Maka setelah merdeka Soekarno mengembalikan nama tsb menjadi Jakarta.

    ReplyDelete

Kalau kamu mau komentar tapi gak punya web, pilh aja bagian "Name/URL" trus di bagian name, tulis nama kamu. Di bagian URL, kamu kosongkan saja. Sebisa mungkin jangan pake anonim, karena bisa saja saya hapus.

Berkomentarlah "Sesuai Dengan Isi Posting". Terima kasih...