Terkait dengan adanya pengumuman hasil ujian nasional (UN) untuk jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan sederajat, Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) M Nuh mengatakan akan memberikan penghargaan bagi para siswa dan sekolah berprestasi.
Mendiknas menyebutkan tiga siswa yang memiliki nilai tertinggi. Mereka adalah Fitriyan Dwi Rahayu (siswi SMPN 1 Karanganyar, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah), Ni Made Yuli Lestari (siswi SMPN 1 Gianyar, Kabupaten Gianyar, Bali), dan Ni Kadek Indra Puspayanti (siswi SMPN 1 Abiansemal, Kabupaten Badung, Bali).
"Nilainya 9,95 hampir 10 semua. Dan ini bukan di Semarang, DKI Jakarta, atau Jawa Timur, tetapi ada di kota kecil. Nanti sore barangkali Bapak Presiden SBY akan telepon ke kepala sekolah dari masing-masing sekolah ini. Kami pun juga akan memberikan penghargaan bagi sekolah-sekolah terbaik ini," jelasnya di dalam konferensi pers pengumuman UN SMP dan sederajat di Gedung Kemdiknas, Jakarta, Kamis (6/5) sore.
Mendiknas mengatakan, para siswa yang memiliki nilai tertinggi ada di daerah menunjukkan bahwa prestasi tidak serta merta didominasi oleh kota-kota besar. "Artinya kota besar itu tidak memberikan jaminan seseorang berprestasi. Buktinya yang juara bukan di ibukota provinsi, tetapi di daerah terpencil," ujarnya. Lebih jauh Mendiknas menerangkan, hasil UN SMP ini akan diumumkan oleh masing-masing sekolah besok (Jumat).
Lalu, bagaimana dengan sekolah yang tingkat kelulusannya nol persen ? Mendiknas hanya menjawab bahwa pihaknya akan tetap melakukan intervensi terhadap sekolah tersebut. "Kita akan beri pembinaan," singkatnya.
Untuk diketahui, beberapa provinsi yang masuk ke dalam peringkat 5 besar untuk kategori jumlah sekolah SMP nol persen kelulusan, antara lain Jawa Tengah sebanyak 105 sekolah, Jawa Timur ada 54 sekolah, DKI Jakarta sebanyak 51 sekolah, Gorontalo ada 54 sekolah, dan Kalimantan Barat 34 sekolah.
Namun di samping itu, kata Mendiknas, yang terpenting masih ada ujian ulang pada 17-20 Mei 2010. "Masih ada 10 hari untuk persiapkan. Mudah-mudahan dalam jangka 10 hari mereka bisa persiapkan dengan baik. Kepala sekolah, guru, dan orang tua kita semua tetap memberikan dukungan, dorongan, dan motivasi, sehingga Insya Allah bisa sukses," katanya.
http://www.jpnn.com/index.php?mib=berita.detail&id=63407
Jawa tengah mantep lah.... :D
ReplyDeleteJawa tengah mantep lah.... :D
ReplyDeleteAnak kampung memang dengan segala keterbatasan fasilitasnya lebih kreatif, daya juangnya tinggi :)
ReplyDeleteKomengku kemana barusan ya?
ReplyDeletePemerataan mas.... :D
ReplyDeleteKalau dulu kan yang diperhatikan cuma yang di kota-kota besar, tapi mungkin bagi mereka malah hasilnya "mengecewakan", bukankah ini diluar dugaan....
karena bisa lebih fokus daripada yang lainnya kali ya..
ReplyDeletepositif negatif fasilitas sebuah kota :)
siswa dari daerah punya motivasi yg tinggi untuk lebih maju dan biasanya lebih giat dlm belajar
ReplyDeletesmoga tetep[ smngat
ReplyDeleteyang tidak lulus
:D
hmmm
ReplyDeletesmoga tar pas ujian ulang
smuaaaa lulus
:D
Saya kemaren juga baru dapet pengumuman kelulusan dari SMP, tapi nilainya ga sampe segitu juga, jadi semangat nih :-D
ReplyDeleteanak2 kota kebanyakan main kayanya ya..
ReplyDeleteanak kota terlalu banyak memikirkan styl dari pada kelangsungan hidupnya...
ReplyDeleteJawa Tengah memiliki siswa dengan nilai teringgi tapi juga sekolah dengan tingkat kelulusan 0 % terbanyak. Bagaimana menyikapi "rekor" ini ?
ReplyDeletesip hore................
ReplyDeleteuan sukses brw
sip..........
ReplyDeleteanak/bolo bolo smp 1 kauman ponorogo sukses
coooooooooooooorrr's poko'e
Tapi yg kelulusannya 0% juga kebanyakan dikota2 kecil...
ReplyDeleteApalagi kalau nilai tertinggi perorangan, itu tidak mencerminkan mutu sekolah.
Lha kalau rata2 seluruh siswa baru bisa mewakili mutu sekolah itu.
Dan lihatlah rata2 tertinggi, pastinya dari kota, tidak dr desa...
baru bisa datang nih mas...
ReplyDeletebtw mas Reza lulus gak nih?
@ahmad im-bisnis, saya lulus SMA 1 tahun lagi insya Allah :)
ReplyDeleteSelamat buat peraih Nilai UN tertinggi. Saya mau menceritakan hasil UN siswa saya tahun 2009. Sebutlah namanya F,anak ini termasuk kriteria di bawah rata-rata untuk nilai matematika. Tapi hasil Ujian Nasional tahun 2009, sangat mencengangkan....Nilai MTK nya sempurna: 10,00. Anehnya, bukannya bangga menemui saya sebagai guru matematikanya, tetapi malah malu seakan tak mampu menerima tingginya nilai itu. Bukan hanya dia, ada banyak siswa yang sehari-harinya kurang bagus nilai matematikanya, tetapi hasil UN sungguh mencengangkan. Tahun ini juga terjadi, banyak siswa yang mendapat nilai 9,00 bahkan 9,5 tapi sehari-harinya sangat kurang. Saya tidak mengada-ada dengan data ini, tapi itu kenyataan. Saya bertanya "Ada apa dengan UN?" Tapi saya jadi teringat, pada hari UN yang lalu. Siswa-siswa saya sudah repot dengan kunci jawaban, entah darimana sumbernya. Dan bukan di sekolah saya, bahkan ada siswa SMP negeri sudah hadir di sekolahnya pukul 6.00 pagi, ada apa dengannya? Kita harus jujur, teman-teman guru harus jujur, apakah nilai UN itu 100% menggambarkan siswa yang sebenarnya? Kalau memang itu murni, mengapa pula banyak sekolah unggulan sepertinya tidak/kurang mengakui hasilnya, terbukti dengan penerimaan siswa baru melalui nilai raport (sebelum UN dilaksanakan). Sekali lagi, kita harus jujur, apakah UN ini sudah berjalan dengan baik, atau bahkan masih perlu dilanjutkan?
ReplyDelete